Stalking Mantan Pengaruhi Psikologi, Ini cara Move on

Ilustrasi / INT

SULSELEKSPRES.COM – Putus cinta memang menyakitkan, dan sangat mempengaruhi emosi seorang. Bahkan, kejadian ini bisa membuat seseorang dalam kondisi labil. Tapi, putus cinta bukan akhir dari segalanya.

Mungkin hanya sebagian kecil yang putus cinta dengan cara baik- baik, namun tetap saja, ada sedikit celah yang membuat sakit.

Setelah putus cinta, Anda cenderung sedih berlarut-larut dan masih memikirkan mantan kekasih. Anda juga biasanya masih mencari tahu bagaimana keadaan mantan Anda sekarang dengan segala macam cara. Anda tidak bisa menahan godaan untuk kepo alias stalking mantan Anda. Sebenarnya inilah yang justru akan semakin memperburuk suasana hati Anda. Masih ada beberapa dampak lainnya dari Anda stalking mantan. Apa saja?

Stalking mantan, semakin susah move on

Kecenderungan untuk stalking atau memata-matai mantan pacar lewat media sosial kerap muncul setelah putus. Setiap kali membuka media sosial, hal pertama kali yang Anda lakukan adalah melihat akun mantan Anda. Alasannya hanya untuk sekedar mengetahui kabarnya. Anda berpikir dengan stalking mantan Anda bisa mengetahui keadaan dia sekarang dan tak jarang untuk melihat wajah mantan saja karena rindu. Ditambah lagi karena kebiasaan ini tidak akan diketahui oleh mantan Anda, Anda semakin ketagihan dan tidak bisa menahan kebiasaan ini.

Namun, kebiasaan ini justru malah membuat Anda jadi susah move on dari mantan. Anda akan semakin susah untuk move on jika terus-terusan memantau foto atau status terbarunya. Atau yang lebih parah, Anda mungkin tergoda untuk stalking segala gerak-gerik mantan Anda (dan mungkin pacar baru dan teman-temannya) di media sosial. Ini adalah kebiasaan yang sama sekali tidak sehat. Sebuah penelitian yang dilakukan di Inggris, membuktikan dampak negatif ini.

Penelitian tersebut dilakukan pada sebagian besar mahasiswa perempuan, untuk menganalisis penggunaan Facebook. Selain itu, mereka juga diminta untuk memerhatikan sejauh mana proses move on mereka setelah putus dari kekasihnya. Seberapa sering mereka membuka dan mengamati isi media sosial mantan. Penelitian ini juga mengamati apakah mereka memiliki ketertarikan baru terhadap lawan jenis, atau hanya berhenti pada si mantan saja tanpa adanya perubahan.
Stalking mantan, rentan stres dan emosi menjadi tidak stabil

Penelitian tersebut juga melakukan pengukuran tingkat stres karena putus cinta, begitu juga dengan hasrat seksual dan perasaan negatif terhadap mantan. Indikator ukuran stres yang digunakan adalah tingkat kemarahan, kecewa, bingung, dan benci. Hasil pengukuran tersebut kemudian diamati seberapa besar perubahan dalam hidup karena putus cinta.

Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat stres orang yang suka stalking mantan akan lebih tinggi, memiliki pemikiran negatif lebih besar, selalu merindukan mantan kekasih dan perkembangan kepribadiannya lebih rendah. Melihat atau memata-matai mantan melalui media sosial bisa dihubungkan dengan lambatnya tingkat pemulihan emosional dan perkembangan kepribadian akibat putus cinta.

Berhenti stalking mantan, haruskah menghapusnya dari daftar teman di media sosial?

Menghindari kontak dan informasi tentang mantan kekasih, baik secara nyata maupun di dunia maya mungkin menjadi cara terbaik untuk menyembuhkan patah hati. Untuk mengatasi kesedihan dan sakit hati akibat putus cinta, Anda tidak harus selamanya menghapus dari daftar teman di media sosial Anda.

Namun, sebisa mungkin tahan diri untuk tidak terlalu sering mengecek akun mantan. Jangan setiap kali Anda buka media sosial, Anda membuka akunnya. Gunakan media sosial Anda dengan baik dan bijak, tidak perlu terlalu berlebihan.

SUMBER: Hellosehat.com