25 C
Makassar
Saturday, July 27, 2024
HomeRagamBupati Maros Keliling di Malam Takbiran

Bupati Maros Keliling di Malam Takbiran

- Advertisement -

MAROS, SULSELEKSPRES.COM – Banyak cara yang dilakukan untuk memberi makna malam Takbiran. Salah satunya dicontohkan Bupati Maros, Chaidir Syam.

Pada saat gema takbir berkumandang dimana-mana, Chaidir justru keliling kampung mendatangi sejumlah warganya yang dianggap kurang mampu.

Chaidir mengaku, apa yang dilakukannya untuk memberi makna lain dari Takbiran dan Idul Fitri. Bahwa kalimat takbir itu akan lebih terasa agung jika kita yang mengucapkannya juga punya kepekaaan sosial yang tinggi.

Sehingga, takbiran itu tak hanya berhenti pada makna yang berdimensi ritual saja. Lebih dari itu takbiran dan Idul Fitri harus bermakna sosial.

Atas dasar itulah, Chaidir memilih keliling kampung pada malam takbiran itu, lebih karena ingin memastikan, bahwa pada malam Idul Fitri itu tak ada warganya yang tak punya beras untuk dimasak.

“Saya merasa hampa dan hambar jika pada malam takbiran dimana kalimat agung Allahu Akbar itu berkumandang, tapi ada tetangga, saudara dan warga yang besoknya mau merayakan idul fitri tapi tak punya beras di dapurnya, apalagi daging,”ujarnya, Minggu (2/5/2022) malam.

Menurut Chaidir, Idul Fitri yang sering dimaknai sebagai hari kemenangan itu, harus berlaku buat semua warga, jangan hanya warga tertentu saja yang menang. Itu artinya, bagaimana pada malam idul fitri itu, semua warga harus berada dalam kegembiraan sebagai kemenangan telah berhasil puasa selama kurang lebih sebulan.

Itulah, antara lain, yang juga dirasakan nenek Dayang berusia 77 tahun yang tinggal sebatang kara di lingkungan Tompobalang Kelurahan Kalabbirang Kecamatan Bantimurung.

Selain sebatang kara, nenek Dayang juga tidak bisa melihat dengan baik sehingga tidak ada pekerjaan lagi yang bisa dilakukan, dan selama ini hanya dihidupi dari belas kasih tetangganya.

Ia mengaku sangat senang dan gembira saat orang nomor satu di Maros itu tiba-tiba mendatangi rumahnya.

“Trimakasih Pak Chaidir. Saya tidak menyangka kalau yang datang malam-malam itu ternyata Pak Bupati. Awalnya saya kaget, tengah malam begini ada tamu,” ungkap nenek Dayang.

Wajah nenek Dayang yang semula kaget, tampak terlihat sangat gembira saat tamu yang tak diduga duga itu ternyata membawa banyak bungkusan berisi macam-macam makanan yang bisa dimasak seperti beras, minyak goreng, susu dan lain-lain.

“Maaf Nek, ini saya bawa sedikit bingkisan yang bisa dimasak. Sebagai bupati, saya tak boleh membiarkan ada warga saya yang tak punya beras pada malam Idul Fitri ini. Sebagai hari kemenangan, Idul Fitri harus menjadi hari kemenangan semua warga,” kata Chaidir berkaca-kaca.

Usai memberikan bingkisan, Chaidir pun melanjutkan kunjungannya ke beberapa tempat lain melanjutkan kegiatan berbagai yang telah dilakukannya sejak tahun lalu semenjak dirinya menjabat sebagai Bupati Maros.

- Advertisement -

MAROS, SULSELEKSPRES.COM – Banyak cara yang dilakukan untuk memberi makna malam Takbiran. Salah satunya dicontohkan Bupati Maros, Chaidir Syam.

Pada saat gema takbir berkumandang dimana-mana, Chaidir justru keliling kampung mendatangi sejumlah warganya yang dianggap kurang mampu.

Chaidir mengaku, apa yang dilakukannya untuk memberi makna lain dari Takbiran dan Idul Fitri. Bahwa kalimat takbir itu akan lebih terasa agung jika kita yang mengucapkannya juga punya kepekaaan sosial yang tinggi.

Sehingga, takbiran itu tak hanya berhenti pada makna yang berdimensi ritual saja. Lebih dari itu takbiran dan Idul Fitri harus bermakna sosial.

Atas dasar itulah, Chaidir memilih keliling kampung pada malam takbiran itu, lebih karena ingin memastikan, bahwa pada malam Idul Fitri itu tak ada warganya yang tak punya beras untuk dimasak.

“Saya merasa hampa dan hambar jika pada malam takbiran dimana kalimat agung Allahu Akbar itu berkumandang, tapi ada tetangga, saudara dan warga yang besoknya mau merayakan idul fitri tapi tak punya beras di dapurnya, apalagi daging,”ujarnya, Minggu (2/5/2022) malam.

Menurut Chaidir, Idul Fitri yang sering dimaknai sebagai hari kemenangan itu, harus berlaku buat semua warga, jangan hanya warga tertentu saja yang menang. Itu artinya, bagaimana pada malam idul fitri itu, semua warga harus berada dalam kegembiraan sebagai kemenangan telah berhasil puasa selama kurang lebih sebulan.

Itulah, antara lain, yang juga dirasakan nenek Dayang berusia 77 tahun yang tinggal sebatang kara di lingkungan Tompobalang Kelurahan Kalabbirang Kecamatan Bantimurung.

Selain sebatang kara, nenek Dayang juga tidak bisa melihat dengan baik sehingga tidak ada pekerjaan lagi yang bisa dilakukan, dan selama ini hanya dihidupi dari belas kasih tetangganya.

Ia mengaku sangat senang dan gembira saat orang nomor satu di Maros itu tiba-tiba mendatangi rumahnya.

“Trimakasih Pak Chaidir. Saya tidak menyangka kalau yang datang malam-malam itu ternyata Pak Bupati. Awalnya saya kaget, tengah malam begini ada tamu,” ungkap nenek Dayang.

Wajah nenek Dayang yang semula kaget, tampak terlihat sangat gembira saat tamu yang tak diduga duga itu ternyata membawa banyak bungkusan berisi macam-macam makanan yang bisa dimasak seperti beras, minyak goreng, susu dan lain-lain.

“Maaf Nek, ini saya bawa sedikit bingkisan yang bisa dimasak. Sebagai bupati, saya tak boleh membiarkan ada warga saya yang tak punya beras pada malam Idul Fitri ini. Sebagai hari kemenangan, Idul Fitri harus menjadi hari kemenangan semua warga,” kata Chaidir berkaca-kaca.

Usai memberikan bingkisan, Chaidir pun melanjutkan kunjungannya ke beberapa tempat lain melanjutkan kegiatan berbagai yang telah dilakukannya sejak tahun lalu semenjak dirinya menjabat sebagai Bupati Maros.

spot_img
spot_img
spot_img

Headline

Populer

spot_img