MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Buku adalah nafas hidup, jembatan untuk masa depan emas. Buku sahabat terbaik saat sendiri, teman pemberi penghormatan kepada yang awam.
Mungkin itulah menjadi salah satu motivasi Syamsunie Carsel, sehingga dia begitu mencintai buku-buku. Pria kelahiran Jeneponto, 14 September 1978 silam ini sudah akrab dengan buku sejak masih belia.
H Syamsunie Carsel HR SAg MPd. Nama yang sudah tak asing lagi bagi civitas akademika Stikes Mega Rezky Makassar. Carsel begitu dia sering disapa, saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan Stikes Mega Rezky.
Baca Juga:
Prof Rusli, Dokter Bercita- cita Masyarakat Indonesia Hidup Sehat
Mengenal Lebih Dekat Julia Fitrianingsih, Wakil Ketua 1 Stikes Mega Rezky Makassar
Dimata para mahasiswanya, dia dikenal sebagai sosok religius, cerdas dan penuh kedisiplinan. Hal itu tak lepas dari didikan orang tua semasa kecilnya.
“Saya lahir dari keluarga pendidik karena orang tua saya itu adalah seorang guru SD. Pola pendidikan yang diterapkan dalam keluarga saya itu begitu ketat,” ujarnya saat ditemui diruangannya, Rabu (18/4/2018), sore.
Keakraban dengan dunia buku melalui ayahnya, KH Ahmad Dg Mappuji. Seorang tokoh agama dan kader tulen salah satu organisasi terbesar di Indonesia, Nahdatul Ulama (NU). Semasa duduk di bangku SD, Carsel kecil saat itu sudah diwajibkan oleh ayahnya untuk membawa buku kemana saja dia pergi.
Baca:Â Ini Syarat Penerimaan Dosen TIK dan Mikrobiologi di STIKes Mega Rezky
“Itu akan selalu saya ingat, ayah mewajibkan membawa buku kemana saja saya pergi. Pesan orang tuaku mau dibaca atau tidak, harus dibawa. Kalau misalnya saya tidak bawa buku dalam sehari, itu sanksinya tidak dikasi uang jajan,” kenangnya.
Keinginan untuk terus memperkaya diri dengan ilmu agama tak pernah surut. Rumah Carsel pada saat itu tak jauh dari sebuah Pesantren bernama Arung Keke. Sepulang dari sekolah ia selalu menyempatkan belajar agama di pesantren itu, bahkan sampai bermalam.
“Sepulang sekolah sebelum ashar, saya sudah ada di pesantren. Mengaji dengan bapak saya, nanti jam 7 pagi, waktu smp juga demikian, jadi rutin itu saya lakukan smpai saya ke Makassar,” katanya.
Baca:Â Raih 321 Poin, Prodi D3 Kebidanan Stikes Mega Rezky Akreditasi B
Ragam buku-buku telah dibacanya. Buku fiqih, kitab-kitab, dan bacaan apa saja yang bernuansa pesantren dan keagamaan.
Lelaki kampung dari Jeneponto ini kemudian tumbuh menjadi remaja. Dia mulai meninggalkan kampung halaman untuk melanjutkan pendidikan di Kota Makassar.
Institut Keguruan Ilmu Pendidikan Ujung Pandang (IKIP) yang sekarang berubah nama menjadi Universitas Negeri Makassar (UNM) menjadi pilihannya. Carsel remaja ternyata dalam dirinya juga mencintai dunia seni.
“Saya ambil jurusan Seni Rupa karena bakat saya itu melukis, tapi orang tua sarankan untuk tetap memperdalam ilmu agama,” tuturnya.
Carsel kemudian juga ikut mendaftarkan diri di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, yang dulu dikenal dengan nama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Alauddin Makassar. Dia mengambil jurusan Bahasa Arab.
Tahun 1999 lalu, dia melanjutkan masuk di Pasca Sarjana dengan jurusan Pendidikan Sosiologi, kemudian lanjut S3 Pendidikan dan Keguruan di UIN Alauddin Makassar.
“Jadi sejak tahun 2001 saya sudah mengajar di Unismuh. Saya membina mata kuliah statistik metereologi pendidikan,” ucapnya.
Kemudian di tahun 2012 , dia dipanggil oleh pembina Stikes Mega Rezky Makassar. Kebetulan saat itu Wakil Ketua III mengundurkan diri, dan dia diamanahkan menggantikannya.
Keseharian yang disibukkan dengan dunia kampus tak membuatnya jauh dari urusan buku dan tulis menulis. Tak heran kalau dirinya saat ini tercatat sebagai penulis sekaligus editor buku.
“Sekarang ini saya menjadi editor di salah satu penerbit di Jogja. Kalau dosen disini mau buat buku, yayasan percayakan saya untuk mengedit bukunya,” ujarnya.
Dalam hidupnya, Carsel selalu menekankan pentingnya pendidikan. Dia juga selalu berprinsip bahwa tidak ada tantangan yang berat sepanjang dilandasi dengan kesabaran. “Tidak ada masalah tanpa solusi,” pesannya.
Penulis: Muhammad Adlan