Program IYL- Cakka, Ini Penjelasan Detail Penghapusan Seragam Sekolah

Ichsan Yasin Limpo-Andi Mudzakkar (IYL-Cakka) menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Tim Pemenangan IYL-Cakka di Hotel Grand Clarion Makassar, Senin (20/11/2017) malam/ SULSELEKSPRES.COM/ MUH. ADLAN

MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Program penghapusan seragam sekolah milik pasangan Ichsan Yasin Limpo-Andi Mudzakkar (IYL-Cakka), dijelaskan secara detail melalui Henny Handayani sebagai Juru Bicara (Jubir).

Henny, sapaan akrabnya Henny Handayani mengatakan, program pasangan IYL-Cakka mengenai tidak mewajibkan peserta didik mulai dari SD, SMP dan SMU memakai seragam adalah bentuk implementasi dari visi pendidikan dari pasangan Punggawa Macakka itu.

Apalagi, nafasnya pendidikan adalah revolusi yang bermuara pada peningkatan kualitas peserta didik. Sangat jelas secara substansi sekolah mestinya mengupgrade mindset peserta didik. Sesuai dengan pernyataan langsung adik kandung gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Syahrul Yasin Limpo (SYL) itu.

“Sendiri secara sederhana bahwa yang mau sekolah adalah otaknya bukan bajunya, sepatunya atau tasnya. Saya pikir ini adalah loncatan berpikir yang jauh kedepan. Sekilas nampak ganjal tapi hal ini adalah bagian dari semangat IYL untuk memajukan dunia pendidikan secara lebih revolusioner,” jelas Henny, meniru pernyataan IYL, saat dihubungi melalui whatsappnya, Minggu (11/2/2018) malam.

Saat dinyatakan mengenai diganti dengan seragam apa dari peserta didik tersebut?. Henny menguraikan, di satu sisi orang tua siswa tak akan lagi dibebani oleh pungutan-pungutan seperti uang seragam dan lain-lain. Hal ini juga merupakan bentuk komitmen IYL, untuk menghilangkan segala bentuk pungutan liar yang selama ini masih terjadi di beberapa sekolah di Sulsel.

“Akhirnya nafas pendidikan gratis kita tersengal-sengal karena peserta didik masih dibebani oleh hal-hal teknis seperti biaya-biaya tambahan lainnya. Kita ingin peserta didik betul-betul merasakan substansi dari program pendidikan gratis,” lanjut mantan Ketua Badko HMI Sulselbar itu.

Menurut Henny, Sulsel harus bisa meninjau di beberapa negara-negara besar yang dunia, pendidikannya maju, juga tak mewajibkan peserta didik memakai seragam sekolah.

“Jadi hal ini menurut saya adalah sebuah terobosan dalam dunia pendidikan. Kita perlahan mecoba membangun mindset, bahwa pendidikan adalah pembangunan karakter bangsa yang semestinya bebas dari tekanan dan beban operasional,” urai Henny.

Bahkan kata Henny, sistem pendidikan tersebut sangat membantu bagi masyarakat Sulsel nantinya, sebab program ini sangat memberikan ruang kepada yang ingin melanjutkan pendidikan, karena tidak terbeni dengan pembiayaan seragam.

“Jadi ada ruang bagi mereka (Peserta didik) yang tidak mampu atau hidup dibawah garis kemiskinan untuk tetap ke sekolah meski tak pakai seragam,” tutupnya.

Penulis: Abdul Latif