Sarapan Terburu-buru Dampaknya Buruk Bagi Jantung

Ilustrasi menu sarapan/ INT

JAKARTA, SULSELEKSPRES.COM – Memiliki aktivitas tinggi yang berpengaruh ke jam istirahat, juga akan memicu sarapan yang terburu- buru. Karena takut terlambat, saat telat bangun pagi, seringkali membuat sebagian orang memilih sarapan terburu- buru.

Sarapan terburu- buru itu, ternyata tidak baik bagi jantung. Hasilnya akan sangat membayakan jantung. Dilansir dari detik.com, Studi dilakukan terhadap lebih dari 1.000 orang berusia paruh baya selama lima tahun di Jepang. Kesemua partisipan dilaporkan sehat dan tugas mereka hanyalah mengkategorikan kebiasaan makannya, apakah tergolong cepat, normal atau lambat.

Di akhir studi, peneliti melihat mereka yang makan cepat berpeluang 5,5 kali lebih tinggi untuk mengalami sindrom metabolik dibanding yang makannya perlahan-lahan.

Sindrom metabolik merupakan serangkaian kondisi kesehatan yang terdiri atas obesitas, tekanan darah tinggi, gula darah tinggi dan kolesterol, yang menjadi faktor risiko dari penyakit kardiovaskular seperti stroke dan serangan jantung.

Perbandingannya, mereka yang makan cepat berpeluang sebesar 11,6 persen untuk mengalami sindrom metabolik; sedangkan mereka yang makan dengan kecepatan normal hanya berpeluang sebesar 6,5 persen untuk mengalami risiko serupa.

Tetapi yang paling diuntungkan adalah mereka yang makannya lambat sebab peluangnya terkena sindrom hanya sebanyak 2,3 persen.

“Orang yang makannya sangat cepat tidak memberi kesempatan pada tubuh mereka untuk menyadari jika dirinya sudah kenyang, sehingga mereka terdorong untuk makan lebih banyak,” jelas peneliti, Dr Takayuki Yamaji dari Hiroshima University seperti dilaporkan The Telegraph.

Penjelasan biologisnya, mereka yang makan cepat mengalami fluktuasi atau naik turunnya glukosa yang lebih besar, dan kondisi ini bisa memicu resistensi insulin. Padahal ketika resistensi ini terjadi, tubuh semakin tak mengetahui kapan terasa kenyang dan harus berhenti makan.

BACA JUGA :  Benarkah, Pakai Ponsel Tiap Hari Bisa Memicu Tumor otak?

Dalam studi lain yang dilakukan North Carolina State University dikemukakan ‘mindful eating’ atau makan pelan-pelan membantu seseorang menurunkan berat badannya, bahkan pada kasus tertentu bisa lebih cepat dari penggunaan diet tertentu.

Peneliti mencatat, orang dengan kelebihan berat badan yang menjalani ‘mindful eating’ atau makan pelan-pelan kehilangan bobot sebanyak 1,9 kg dalam kurun 15 pekan. Bahkan setelah enam bulan berhenti ikut percobaan, partisipan program ini tetap mengalami penurunan bobot, bahkan lebih banyak.

Namun peringatan ini tak hanya berlaku untuk mereka yang hobi makan cepat, tetapi juga merujuk pada mereka yang suka ‘nyambi’ saat makan semisal menonton televisi, tidak makan di atas meja atau makan sambil bermain ponsel.