27 C
Makassar
Sunday, March 23, 2025
HomeMutiara HikmahSHALAT TARAWIH: JALAN MENUJU KETENANGAN JIWA

SHALAT TARAWIH: JALAN MENUJU KETENANGAN JIWA

- Advertisement -

Mutiara Ramadhan (10):

Oleh: Hadi Daeng Mapuna
(Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar)

Ramadhan identik dengan Shalat Tarawih. Sejak masuk tanggal satu Ramadhan, ibadah pertama yang dilakukan adalah Shalat Tarawih. Di malam-malam Ramadhan Umat Islam berbondong-bondong memenuhi masjid dan tempat-tempat yang dibuka untuk pelaksanaan Tarawih. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang-orang tua, turut meramaikan Shalat Tarawih.

Rasulullah saw. bersabda, yang artinya:

“Barang siapa melakukan qiyam Ramadan (shalat malam di bulan Ramadan) karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari & Muslim).

Dalam hadits lain, Rasulullah saw. bersabda, yang artinya:

“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan puasa Ramadan, dan Aku (Rasulullah) mensunnahkan qiyamnya (shalat malamnya). Maka barang siapa berpuasa dan shalat malam karena iman dan mengharap pahala, ia akan keluar dari dosanya seperti pada hari ia dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Nasa’i).

Dua hadis di atas menunjukkan bahwa Shalat Tarawih yang dilakukan dengan keimanan dan keikhlasan, semata-mata mengharap pahala dari Allah swt. maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Bahkan ia bersih dari dosa seperti pada hari ia dilahirkan oleh ibunya.

Qiyamu Ramadan merupakan istilah khusus untuk salat malam di bulan Ramadan. Imam Nawawi menjelaskan bahwa qiyamu Ramadhan mencakup tarawih, witir, hingga tahajud.

Shalat Tarawih adalah shalat sunnah yang dikerjakan khusus pada malam-malam bulan Ramadan setelah shalat Isya’. Kata Tarawih berasal dari bahasa Arab Tarwīḥah yang berarti istirahat, karena dahulu para sahabat melaksanakannya dengan penuh kekhusyukan dan memberikan jeda istirahat setiap empat rakaat.

Mayoritas ulama bersepakat bahwa shalat Tarawih adalah sunnah muakkadah (sangat dianjurkan). Dalilnya adalah hadits Rasulullah saw. yang disebut di atas. Mengenai jumlah rakaat, ulama berbeda pendapat. Pendapat pertama, 20 rakaat (dilakukan oleh Umar bin Khattab r.a. dan menjadi praktik umum di banyak masjid). Pendapat kedua, 8 rakaat (berdasarkan hadits Aisyah r.a. tentang shalat malam Rasulullah saw.), dan pendapat ketiga,þ fleksibel, sesuai dengan kemampuan masing-masing, yang penting dikerjakan dengan khusyuk.

Shalat Tarawih boleh dilakukan sendiri atau berjamaah. Rasulullah pernah mengerjakannya berjamaah beberapa malam bersama para sahabat, kemudian meninggalkannya agar tidak dianggap wajib oleh umatnya. Umar bin Khattab r.a. kemudian menghidupkan kembali shalat Tarawih berjamaah secara tetap, dengan menunjuk Ubay bin Ka’b sebagai imam.

Shalat tarawih sebagai sumber ketenangan

Shalat Tarawih sebagai sumber ketenangan karena saat itu, seorang hamba berdiri, ruku’, dan sujud lebih lama, sehingga semakin dekat dengan Allah. Kedekatan ini membawa ketenangan, sebagaimana firman Allah, yang artinya: “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28).

Ketenangan juga hadir di dalam hati karena mendengar dan meresapi bacaan Al-Qur’an yang dibaca oleh imam saat shalat. Shalat Tarawih sering dilakukan dengan membaca Al-Qur’an dalam jumlah ayat yang panjang. Mendengar ayat-ayat Al-Qur’an membawa ketenangan jiwa dan menghapus kegelisahan.

Dikisahkan bahwa Umar bin Khattab r.a. sangat mencintai shalat Tarawih. Beliau pernah menangis dalam shalatnya karena begitu meresapi ayat-ayat Al-Qur’an yang dibacakan. Setelah shalat, beliau berkata: “Inilah ketenangan yang sesungguhnya.”

Imam Syafi’i dikenal sebagai ulama yang tidak pernah meninggalkan shalat malam, terutama di bulan Ramadan. Beliau mengatakan, “Barang siapa ingin hatinya lembut dan damai, maka perbanyaklah qiyamul lail, terutama di bulan Ramadan.”

Kisah lain, ada seorang pemuda yang awalnya merasa gelisah dalam hidupnya. Ia sulit tidur dan selalu merasa cemas. Namun, setelah rutin melaksanakan shalat Tarawih dengan penuh kekhusyukan, ia merasakan ketenangan yang luar biasa. Ia berkata, “Kini aku paham mengapa Rasulullah saw. sangat menekankan qiyamul lail. Karena di dalamnya ada kedamaian yang tidak bisa ditemukan di tempat lain.”

Shalat Tarawih bukan hanya ibadah, tetapi juga sarana untuk mencapai ketenangan hati. Keutamaannya sangat besar, baik dalam menghapus dosa maupun menenangkan jiwa. Ramadan adalah waktu terbaik untuk memperbanyak ibadah malam. Semoga kita diberi kesehatan dan kekuatan untuk senantiasa melaksanakan qiyamul lail, khususnya di bulan Ramadhan saat ini. Mari kita raih ketenangan jiwa dengan melaksanakan shalat Tarawih. Wallahu a’lam.[*]

spot_img
spot_img

Headline

spot_img