28 C
Makassar
Wednesday, June 26, 2024
HomeHeadlineDirgahayu Indonesia, Mengenang Kahar Mudzakkar Pengawal Setia Bung Karno

Dirgahayu Indonesia, Mengenang Kahar Mudzakkar Pengawal Setia Bung Karno

- Advertisement -

SULSELEKSPRES.COM – 19 September 1945 silam dalam sebuah rapat di Ikada, Presiden Soekarno didesak untuk berpidato.

Suasana mencekam. Boyonet tentara jepang mengelilingi sang proklamator. Tak banyak yang berani dekat dengan Bung Karno dalam suasana demikian.

Hari itulah, muncul Kahar Mudzakkar pemuda dari tamah Luwu, Sulawesi Selatan membuktikan keberaniannya. Kahar berdiri didepan mobil, pasang badan mengawal Bung Karno.

BACA: Viral! Aksi Heroik Bocah Panjat Tiang Bendera Saat Upacara HUT Kemerdekaan RI

Kahar termasuk segelintir pemuda yang nekat melepaskan Bung Karno dan Bung Hatta dari kepungan bayonet tentara Jepang. Dengan mengacungkan golok ditangan, Kahar mendesak mundur bayonet-bayonet pasukan Jepang yang saat itu sudah mengepung kedua proklamator.

Dalam diri Kahar Mudzakkar terdapat kontroversi teramat besar. Dirinya dipabdang sebagai pahlawan yang turut serta berjasa atas kemerdekaan, namun sekaligus dipandang sebagai pemberontak.

Aksi patriot Kahar muda juga dilakukan, pada Desember 1945. Saat dirinya dengan gagah berani membebaskan 800 tahanan di Nusakambangan.

BACA: Dirgahayu Indonesia, Bendera Sepanjang 73 Meter Dikibarkan di Tangkulara

Kahar juga mengikuti berbagai pertempuran penting untuk mempertahankan kemerdekaan. Tak mengherankan, karier Kahar di Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) makin menanjak. Dalam serangan umum 1 Maret 1946, Kahar bersama laskarnya berdiri paling depan mereka mampu menguasai Yogyakarta selama enam jam.

Karir militet Kahar menanjak tajam. Dia tercatat sebagai orang Bugis-Makassar pertama berpangkat letnan kolonel.

Nama Kahar Mudzakkar tidak hanya dikenang sebagai pahlawab, tapi juga sekaligus sebagi pemberontak.

BACA: HUT RI ke-73, Mars Sulsel Pertama Kali Dikumandangkan

Menyebut nama Kahar Muzakkar orang akan teringat dengan aksi pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di era tahun 50 an di wilayah Sulawesi.

Idealisme membentuk DI/TII berujung pada pembangkangannya terhadap pemerintah Soekarno kala itu.

Dilansir dari Sindonews.com, Sejarawan UI Anhar Gonggong menceritakan, Kahar berikut KGSS lalu memutuskan bergabung dengan gerakan DI/TII Kartosoewirjo pada 20 Agustus 1952. Pada 7 Agustus 1953, Kahar memproklamirkan Sulawesi Selatan menjadi bagian dari Negara Islam Indonesia (NII). Kahar sendiri diangkat menjadi Panglima Divisi IV TII.

“Pada awal kemerdekaan 1945 hingga 1950 Kahar adalah patriot pembela bangsa. Namun setelah tahun 1952 dia menjadi pemberontak. Memang ada jasa Kahar untuk bangsa ini. Namun itu semua terhapus karena pemberontakannya terhadap negara Republik Indonesia, ” kata Anhar Gonggong.

spot_img
spot_img
spot_img

Headline

Populer

spot_img