Ini Petuah SYL Terhadap Masyarakat Jeneponto

Kalau ada badai menghadangmu, jangan bawa menyamping perahumu. Hadapi badai itu dengan tenang.

Sambutan Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo (SYL) pada ratusan peserta yang hadir di acara Halal bi Halal 1438 Hijriah Kerukunan Keluarga Turatea (KKT) Kabupaten Jeneponto di Gedung Baruga Lappo Ase Jalan AP Pettarani, Sabtu (5/8)

MAKASSAR – Kalau ingin menggapai pulau harapan di balik fatamorgana, kau mau melepas tambat perahu dari dermaga. Kau mau mengarungi samudera, kau mau berhadapan dengan badai dan gelombang. Kalau ada badai menghadang mu, jangan bawa menyamping perahumu. Hadapi badai itu dengan tenang, kata tenggelam hanya ada dari Allah SWT.

Begitula bunyi sebait petuah yang disampaikan Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo (SYL) pada ratusan peserta yang hadir di acara Halal bi Halal 1438 Hijriah Kerukunan Keluarga Turatea (KKT) Kabupaten Jeneponto di Gedung Baruga Lappo Ase Jalan AP Pettarani, Sabtu (5/8).

“Saya selalu ulang ini untuk generasi sekarang dan selanjutnya, walaupun saya karang sendiri,” kata SYL dalam kata sambutannya.

Ia menyatakan masyarakat Jeneponto adalah masyarakat pekerja keras, punya semangat juang yang tinggi, taat beragama dan memegang teguh adat dan budaya.

Pesan untuk hidup tentram dan damai juga disampaikan oleh mantan Bupati Gowa tersebut pada acara yang bertemakan “Halal bi Halal Kita Tingkatkan Tali Silaturahmi Dalam Bingkai Kebersamaan”.

“Sebelumnya ini Jeneponto namanya Kabupaten Jentak, nanti kemudian dipisah jadi Jeneponto dan Takalar. Ini banyak yang tidak paham tentang itu,” papar SYL.

Daerah Bangkala di Jeneponto dan Lengkese di Takalar dijelaskan oleh SYL, bahwa awal pembentukan dua daerah tersebut saling tarik-menarik untuk masuk di salah satu kabupaten daerah tingkat II antara Jeneponto dan Takalar yang baru terbentuk pada tahun 1959.

“Jadi kalau ada orang di daerah tersebut merasa Jeneponto harus diterima atau sebaliknya ada yang merasa Takalar harus juga diterima. Itu terpisah karena kepentingan admistratif untuk memajukan ke dua daerah tersebut,” terang SYL.

Sementara itu Muhammad Sabri dalam hikmah Halal bi Halal memaparkan terkait sejarah Islam dan Islam dalam masyarakat Jeneponto, termasuk sikap saling menghormati.

BACA JUGA :  300 ASN Pemprov Sulsel Terima Satya Lencana

“Saya contohkan ketika saya hormat pada Pak Gubernur, saya hortmatnya ke Pak Syahrul sebagai gubernur itu palsu, tidak otentik. Karena saya hanya hormat pada rupa tau na (perwajahan) tetapi bukan tau (sebagai manusia),” sebut Sabri yang juga dosen UIN Alauddin Makassar.

Sabri melanjutkan bahwa apa yang dikemukakan itu terdapat dalam ajaran Kitab Lontara. Yang penting adalah lebih menghargai mahluk ciptaan tuhan sebagai manusia bukan karena pangkat dan jabatan.

“Kita harus sipakatau, artinya saling mengapresiasi, karena itu adalah jejak-jejak Ilahi yang harus diikuti,” pungkas Sabri.

Hadir dalam acara Halal bi Halal tersebut anggota DPR RI Indira Chunda Thita Syahrul, Ketua Umum KKT Jeneponto Alimuddin dan tokoh masyarakat Jeneponto

Penulis : Abdul Latif