Rammang-Rammang, Simbol Sejarah Panjang Kehidupan Manusia

Jejak manusia di masa lalu tersebut, hingga kini masih bisa dinikmati oleh para pengunjung melalui tulisan tangan atau simbol-simbol yang ada di dinding gunung.

Perlawanan Tambang

Istilah Rammang-rammang sendiri, menurut Iwan, adalah istilah yang berasal dari bahasa Makassar yang berarti adalah awan atau kabut. Penyebutan istilah tersebut diduga kuat merujuk pada kondisi alam, dimana biasanya pada pagi hari kawasan tersebut selalu diselimuti awan dan terkadang kabut tebal.

Lebih jauh Iwan mengungkapkan, sebelum dibuka sebagai tempat wisata, Rammang-rammang sempat menjadi kawasan penambangan batu kapur. Aktivitas tersebut terjadi pada 2008. Saat itu, kata dia, ada tiga perusahaan asal Tiongkok yang mendapatkan izin untuk menambang.

“Karena kita sadar penambangan akan merusak alam, kita saat itu berjuang untuk mencabut izin tersebut, dan bahkan salah satunya sudah beroperasi. Perjuangan kami akhirnya berhasil setelah semua izin dicabut pada 2013,” papar dia.

Setelah tiga perusahaan tersebut gagal beroperasi, Iwan mengatakan, warga akhirnya bersepakat untuk menjadikan kawasan tersebut sebagai tempat wisata. Tak lama, pada 2015, warga berhasil mendorong lahirnya Peraturan Desa dan Surat Keputusan (SK) Kepala Dinas Budpar Kab Maros tentang pengelolaan kawasan Rammang-rammang.

Sejak resmi dibuka untuk umum sebagai tempat wisata, Iwan mengungkapkan, sejak saat itu desa mendapatkan pemasukan melalui retribusi yang ditarik dari pengunjung. Dari semua pemasukan, 25 persen diserahkan ke kas desa dan sisanya akan diberikan untuk operasional kelompok sadar wisata dan untuk perbaikan infrastruktur pendukung.