Rammang-Rammang, Simbol Sejarah Panjang Kehidupan Manusia

Jejak manusia di masa lalu tersebut, hingga kini masih bisa dinikmati oleh para pengunjung melalui tulisan tangan atau simbol-simbol yang ada di dinding gunung.

Kawasan ini sempat menjadi incaran tambang marmer, meski kemudian dibatalkan di tahun 2013 karena penolakan warga. Foto: Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia

MAROS – Mata Maruscha, 30 tahun, Perempuan asal Slovenia terlihat takjub menikmati keindahan pemandangan gugusan pegunungan kapur atau karst di kawasan wisata Rammang-rammang yang berlokasi di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan.

Bersama suami dan kedua anaknya, perempuan tersebut kompak mengucap kata ‘spektakuler’ sebagai kata yang pas untuk menggambarkan keindahan alam di Rammang-rammang. Tak henti disitu, Maruscha kembali mengungkapkan kekagumannya tentang Rammang-ramang.

“Bagaimana bisa ada tempat seperti ini? Di dunia sangat sedikit, hanya ada di Indonesia, Tiongkok, dan Vietnam. Kita sungguh bersyukur karena bisa berkunjung ke Sulawesi ini,” ucap dia di kutip dari Mongabay Indonesia, Senin (7/8/2017).

Sebelum berpisah, Maruscha sempat berpesan, siapapun yang datang ke tempat wisata tersebut, harusnya bisa menjaga dengan baik. Mengingat, kata dia, tempat wisata seperti itu menjadi idaman bagi para wisatawan seperti dirinya. Oleh itu, dia mengaku rela harus merogoh dana besar untuk bisa terbang ke Makassar dan berlanjut berkendara ke Maros.

Perbincangan singkat yang terjadi di tengah gugusan pegunungan kapur dan hutan batu itu, menegaskan bahwa tempat wisata Rammang-rammang bukanlah sekedar tempat wisata biasa. Lebih dari itu, Rammang-rammang menyimpan sejarah panjang kehidupan manusia di bumi Sulawesi, dan umumnya di dunia.

Deputi IV Bidang SDM, Iptek, dan Marim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Safri Burhanuddin yang juga pakar geologi dari Universitas Hasanuddin, Makassar, menjelaskan bahwa Rammang-rammang sudah terbentuk sejak lama, sekitar 30 juta tahun lalu.

Namun, kata dia, kawasan tersebut diperkirakan baru mulai dihuni manusia pada 40 ribu tahun lalu. Jejak manusia di masa lalu tersebut, hingga kini masih bisa dinikmati oleh para pengunjung melalui tulisan tangan atau simbol-simbol yang ada di dinding gunung.

“Ini kawasan yang istimewa. Tidak setiap tempat di bumi ini menyisakan catatan sejarah yang bisa dinikmati hingga sekarang. Ini harus menjadi kebanggaan kita dengan menjaganya secara bersama dan dijauhkan dari bentuk pembangunan masif apapun,” tutur dia.