30 C
Makassar
Monday, July 1, 2024
HomeRagamSepenggal Kisah di Pasar Bacan

Sepenggal Kisah di Pasar Bacan

- Advertisement -

MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Seperti biasanya, hari ini Pasar Bacan tetap ramai pengunjung. Berbagai jenis barang dagangan, seperti sayur mayur, ikan, buah-buahan, sampai jajanan khas tradisional dijajakan di pasar ini.

Pasar yang terletak di jalan Bacan tersebut merupakan salah satu Pasar Tradisional tertua di Makassar. Menurut keterangan sejumlah pihak, pasar ini sudah berdiri sejak abad ke-19.

Pasar ini dulu dikenal sebagai Pasar Cina atau Pecinan. Wajar, lokasinya memang dekat dengan pemukiman Tionghoa. Tapi sekarang, warga Makassar lebih akrab menyebutnya Pasar Bacan.

Pasar ini mulai buka sekitar pukul 05:00 WITA (subuh) sampai pukul 13:00 WITA (siang). Tetapi, puncak ramainya ketika waktu sudah memasuki pukul 06:00-11:00 WITA.

Pagi ini, ditengah keriuhan Pasar Bacan, Imel datang. Istri mantan wakil walikota Makassar (Deng Ical) itu hendak mencari jajanan tradisional, yang memang banyak tersaji di Pasar ini.

Ditengah kesibukannya mencari jajanan buruannya, Imel bertemu dengan sejumlah warga Tionghoa. Sebagai istri mantan pejabat, tentu Imel tidak begitu asing di mata masyarakat.

Ia pun sempat mampir, berkisah, dan bercengkrama dengan warga. Sesekali ia menawari warga turut berbelanja, juga menyantap bakso gerobak yang ada di kawasan pasar tersebut.

Secara kebetulan, pemilik nama lengkap Mellia Fersini itu bertemu dengan salah seorang tokoh masyarakat Tionghoa, sebut saja Tomas.

Sejenak mereka bercengkerama, kemudian Tomas mengajaknya mampir ke kediamannya, yang juga terletak di kawasan Pasar Bacan.

Di rumah Tomas, Imel banyak mendapat informasi seputar warga Tionghoa di Makassar, termasuk keluh kesah dan sejumlah prahara lainnya.

Imel mengaku senang, karena dipercaya untuk mendengar kisah warga Tionghoa. Ia pun mencoba menawarkan sejumlah solusi dalam diskusinya, tentunya dengan cara sombere’ (ramah), santun, dengan balutan kesederhanaan.

“Alhamdullilah, setiap ada kesempatan saya selalu main dan turun ke tempat-tempat seperti ini, bertemu dan ditemani teman-teman komunitas relawan. Kita ngobrol dengan warga, dilanjutkan diskusi seru dengan Tomas di Pasar Bacan,” ujar Imel.

Imel bersama sejumlah komunitas relawan juga mampir menikmati kuliner khas kota Daeng, Coto Makassar, yang terletak di jalan Bandang.

Imel memang dikenal ramah dengan jajanan tradisional dan senang blusukan ke pedagang kecil. Menurutnya, hal itu sebagai upaya saling dukung antar sesama. Terlebih lagi di masa pandemi Covid-19, semua hal menjadi serba sulit.

“Hal ini selalu kami lakukan, ya apalagi cotonya memang enak dan penjualnya bersahabat,” tutur Imel.

“Di masa pandemi ini, kita juga memang harus saling menguatkan agar teman-teman kita yang tengah berusaha bisa tetap bertahan,” jelasnya.

Imel pun terlihat asyik menyantap Coto Makassar. Ia sempat menawari para pengunjung lain untuk imbuh santap Coto. Sampai akhirnya, kalimat pamit menutup sepenggal kisah di Pasar Bacan.

spot_img
spot_img
spot_img

Headline

Populer

spot_img